Peter L. Berger: Realitas Sosial Dalam Kehidupan Di Pondok

Nama: Rahmi Faradila
Nim: 20107020017

Peter Ludwig Berger lahir pada tanggal 17 Maret 1929, dia merupakan seseorang sosiologi dan teolog Amerika, yang populer karna karyanya. Berger dilahirkan di Vienna, Australia, lalu dibesarkan di Wina, lalu beremigrasi ke Amerika Srikat tidak usang   sesudah perang dunia II. Pada 1949 dia lulus menurut Wagner Collage menggunakan gelar Bachelor of Arts. Ia melanjutkan studinya pada New School For Social Research pada New York. Pada 1955 dan 1956 dia bekerja pada Evangelische Akademia pada Bad Boll, Jerman. Dari 1956 sampai 1958 Berger sebagai profesor belia pada Universitas North Carolina, menurut 1958 sampai 1963 dia sebagai profesor madya pada Seminar Teologi Hartford. Tonggak-tonggak karirnya yg berikutnya merupakan jabatan menjadi profesor pada New School For Social Research. Berger dikenal luas karena pandangannnya bahwa realitas sosial adalah suatu bentuk menurut kesadaran. Karya-karya Berger memusatkan perhatian pada hubungan antara warga  memakai individu. Di dalam bukunya The Social Construction Of Reality, berger bersama Thomas Luckman, menggambarkan sebuah teori sosiologis warga  sebagai realitas objektif dan relaitas subjektif. Analisisnya tentang warga  sebagai realitas subyektif menjelaskan proses dimana konsepsi individu tentang relaitas dalam hasilkan menurut interaksinya memakai struktur sosial.



Menurut pemahaman saya dalam artikel yang saya baca Masyarakat sebagai realitas obyektif menyiratkan pelembagaan didalamnya. Proses pelembagaan institusionalisasi 
diawali oleh  eksternalisasi yang dilakukan berulang-ulang sebagai akibatnya terlihat  polanya  dan dipahami  beserta yang  kemudian  menghasilkan  pembiasaan habitu-alisasi.   Habitualisasi   yang   telah   berlangsung   memunculkan pengendapan dan tradisi. Pengendapan dan tradisi ini  kemudian  diwariskan  ke generasi sesudahnya melalui bahasa. Disinilah masih ada peranan pada tatanan kelembagaan, termasuk  pada  kaitannya  dengan  pentradisian  pengalaman dan pewarisan pengalaman tersebut. Jadi, peranan mempresentasikan tatanan kelembagaan atau detail aplikasi peranan adalah representasi diri sendiri. Masyarakat  sebagai  realitas  obyektif  juga  menyiratkan  keterlibatan  legitimasi.  Legitimasi  merupakan obyektivasi makna tingkat kedua, dan merupakan pengetahuan yang berdimensi kognitif dan normatif karena tidak hanya menyangkut penjelasan tetapi juga nilai-nilai. Legitimasi berfungsi  untuk  membuat  obyektivasi  yang  sudah melembaga menjadi masuk akal secara subyektif. Masyarakat menjadi fenomena subyektif menyiratkan   bahwa   realitas   obyektif   diartikan secara  subyektif  oleh  individu.  Dalam  proses  pengertian  itulah  berlangsung  internalisasi.  Internalisasi merupakan proses yg dialami insan untuk  ’mengambil  alih’  global  yg  sedang  dihuni  sesamanya  (Samuel,1993:16).  Internalisasi  berlangsung  seumur  hidup  melibatkan  sosialisasi,  baik primer juga sekunder. Internalisasi merupakan proses penerimaan pengertian situasi yang disampaikan orang lain mengenai global institusional.

Contoh realitas sosial dalam kehidupan saya adalah organisasi di pondok, disetiap organisasi ada yang namanya ketua organisasi, ketua harus bekerja sama dengan kelompok organisasinya untuk mencapai tujuan yang sama dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat-masyarakat pondok, seperti hal kecil semua santri harus sholat berjamaah kecuali sakit dan haid bagi santri perempuan. Barang siapa yang melanggar akan di kenakan sanksi. Peraturan itu berlaku untuk semua tidak memandang bulu, siapa yang melanggar dikenakan sanksi. Tanpa kita sadari apa yang kita lakukan ini adalah interaksi dan menunjukkan prilaku aktifitas yang sama terhadap satu dan yang lainnya.

 

Referensi:

Rabbani, A. (2017). PETER L. BERGER. HOME/BIOGRAFI SOSIOLOG.

Sulaiman, A. (2016). MEMAHAMI TEORI KONSTRUKSI SOSIAL PETER L. BERGER. DOI: 10.33019/society.v4i1.32.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SELALU BERUSAHA DEMI MEMBAHAGIAKAN ORANG SEKITAR TEORI PRAKTIK PIEERE BOURDIEU

TEORI KONFLIK DIALEKTIKA RALF DAHRENDORF